oleh

Lima Anak Korban Kekerasan Seksual di Mataram Jalani Rehabilitasi Psikologis

banner 468x60

LOMBOKUPDATE.COM – Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram tengah menangani lima anak yang menjadi korban kekerasan berbasis orientasi seksual dan identitas gender. Kelima anak tersebut kini masih menjalani proses rehabilitasi untuk memulihkan kondisi psikologis mereka.

Ketua LPA Kota Mataram, Joko Jumadi, mengatakan bahwa proses pemulihan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain membutuhkan tenaga ahli, rehabilitasi juga memerlukan dukungan pembiayaan agar anak-anak dapat mengakses layanan psikolog maupun psikiater secara berkelanjutan.

“Rehabilitasi ini butuh waktu panjang dan biaya. Salah satu korban yang kasusnya sudah lebih dulu ditangani bisa berjalan baik karena ada dukungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Akses ke psikiater dan psikolog jadi lebih mudah,” jelas Joko.

Namun, ia mengakui bahwa pelaksanaan rehabilitasi terhadap kelima anak tersebut belum optimal. Hal ini lantaran keterbatasan tenaga profesional di LPA. Saat ini, psikolog yang menangani para korban masih berstatus relawan, sehingga jadwal konseling belum bisa dilakukan secara rutin setiap minggu.

“Seharusnya mereka bisa mendapat sesi konseling tiap minggu, tapi kita terkendala karena psikolog kita juga punya kesibukan lain. Mereka membantu secara sukarela,” ujarnya.

Dari lima anak yang tengah ditangani, empat di antaranya masih duduk di bangku SD, sementara satu lainnya merupakan pelajar SMA. Seluruhnya dipandang sebagai korban yang perlu mendapat pendampingan agar tidak mengalami tekanan sosial maupun dampak psikologis berkepanjangan.

LPA Kota Mataram sendiri hanya memiliki tiga psikolog yang bekerja secara bergantian. Proses rehabilitasi dilakukan hingga anak dinyatakan pulih sepenuhnya, untuk mencegah munculnya risiko perilaku menyimpang atau kekerasan seksual di kemudian hari.

“Tujuan utama kami agar mereka pulih dan tidak menjadi korban berulang. Kalau ditemukan gejala depresi atau kecanduan seksual, harus ditangani psikiater dan diberi obat. Sayangnya, fasilitas itu belum kami miliki,” tegas Joko.

Meski menjalani rehabilitasi, seluruh anak tetap bersekolah dan beraktivitas seperti biasa. LPA memastikan identitas mereka dirahasiakan guna mencegah perundungan di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

“Kami menjaga betul privasi mereka. Teman-temannya di sekolah tidak tahu, supaya mereka bisa tetap merasa aman dan nyaman,” tutup Joko. (Red.Hr)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *